Fakta Tragis di Balik Kematian Mahasiswi di Kosan: Diduga Aborsi Jadi Penyebab
Suasana duka menyelimuti sebuah rumah indekos di kawasan kampus, setelah seorang mahasiswi berusia 21 tahun ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa di kamar kos miliknya. Penemuan jenazah yang mengejutkan ini langsung menjadi perhatian warga dan aparat, terlebih setelah muncul dugaan bahwa kematian korban berkaitan dengan praktik aborsi yang dijalani secara diam-diam.
Kematian tragis ini kembali membuka tabir gelap seputar tekanan sosial dan keterbatasan akses informasi kesehatan reproduksi di kalangan mahasiswa.
Ditemukan Tak Bernyawa oleh Teman Sekamar
Korban, yang diketahui berinisial N, merupakan mahasiswa aktif di salah satu universitas swasta ternama di Yogyakarta. Ia ditemukan oleh teman sekamarnya dalam kondisi tergeletak di lantai kamar dengan bercak darah di sekelilingnya. Sontak, penghuni kos lainnya panik dan segera melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib.
Tim medis dan kepolisian tiba di lokasi tak lama kemudian. Dari hasil pemeriksaan awal, ditemukan adanya tanda-tanda pendarahan hebat yang mengarah pada dugaan aborsi yang dilakukan tanpa pengawasan medis profesional.
Diduga Aborsi Ilegal, Polisi Selidiki
Kapolsek setempat membenarkan bahwa pihaknya sedang menyelidiki kasus tersebut. “Kami menemukan sejumlah barang bukti yang mengarah pada tindakan aborsi. Namun, kami masih menunggu hasil autopsi lengkap dari rumah sakit untuk memastikan penyebab kematian,” ujar Kapolsek dalam keterangannya.
Pihak kepolisian juga tengah menelusuri apakah ada keterlibatan pihak lain dalam membantu proses aborsi tersebut, termasuk kemungkinan keterlibatan tenaga kesehatan ilegal atau pasangan korban.
Tekanan Sosial dan Kurangnya Edukasi Seksual
Tragedi ini menjadi refleksi pahit dari kondisi sosial yang kerap menempatkan perempuan dalam posisi rentan. Banyak mahasiswa yang mengalami kehamilan di luar nikah justru memilih jalan berbahaya karena takut stigma, tekanan keluarga, dan minimnya dukungan sistemik.
Aktivis kesehatan perempuan, Diah Nuraini, menyatakan keprihatinannya. “Kasus seperti ini bukan yang pertama, dan akan terus berulang jika kita tidak membuka ruang aman untuk diskusi dan layanan kesehatan reproduksi yang layak bagi anak muda.”
Ia juga mendorong kampus dan pemerintah untuk lebih aktif memberikan edukasi tentang kontrasepsi, kesehatan reproduksi, dan penanganan kehamilan tidak direncanakan secara manusiawi dan tidak menghakimi.
Tragedi yang Harusnya Bisa Dihindari
Kematian N bukan sekadar insiden tragis, melainkan cerminan dari kegagalan sistem sosial dalam memberikan perlindungan dan akses bagi perempuan muda. Ketakutan akan penghakiman sosial sering kali membuat mereka memilih jalan sunyi yang berisiko.
Sudah saatnya masyarakat berhenti menghakimi dan mulai membuka ruang aman serta sistem pendampingan yang inklusif. Agar tak ada lagi nyawa muda yang melayang hanya karena takut bicara dan tidak tahu harus ke mana mencari pertolongan.